Jumat, 21 Februari 2020

Mari Belajar Bijak

Iswadin_dimen

Pemahaman tak lengkap terhadap substansi masalah menjadi penyebab masalah selanjutnya !! atau mengutip kata-kata guru SDN saya dulu (2000) “douma nuntu jara ka ao kai ngao“. Mungkin kalimat itu yang paling tepat dengan jawaban nitizen atas dua postingan awal tahun ini. Berawal dari postingan akun facebook atas nama putraputri poja yang kini rimbanya entah kemana rupanya menimbulkan gejolak luar biasa. Saya pun mencoba mencari jejak-jejak akun tersebut namun tidak dapat ditemukan.

Ada dua kemungkinan hilangnya akun tersebut, Pertama sengaja diblokir oleh anggota dalam grup itu sendiri. Kedua ada yang melapor langsung ke aplikasi facebook untuk di nonaktifkan. Kemungkinan kedua lebih rasional, karena facebook menyediakan ruang pengaduan/laporan bagi pengguna untuk melaporkan akun-akun yang mengandung unsur sara yang mengancam perpecahan. Otoritas Facebook melalui security sistemnya kemudian dapat langsung menonaktifkan tanpa pemberitahuan kepada pemilik akun.

Tujuan pencarian akun A/n. Putraputri Poja untuk membaca dan memahami kembali pokok-pokok apa saja yang disampaikan dalam postingannya supaya kita dapat memahami secara komprehensif. Masih segar dalam ingatan saya bahwa putraputripoja “menduga” adanya keterlibatan perangkat desa dalam jual-beli tanah diwilayah administrasi pemerintah desa poja dengan sistem mengambil untung untuk diri sendiri (kalau ada yang sempat screanshot postingan akun putraputripoja mohon dishare agar tidak selisih paham antara saya dengan pembaca tentang pokok-pokok dalam postingan tersebut).

Catat, yang menjadi kata kuncinya adalah “menduga” bukan menuduh. Agar pembaca bisa memahami perbedaan ini, sepertinya perlu dijelaskan perbedaan keduanya. Menduga berasal dari kata duga/dugaan, jadi dugaan adalah mengira-ngira benarkah terjadi demikian ? atau benarkah itu terjadi, artinya sesuatu yang masih belum pasti dan dugaan itu hukumnya wajib dalam kehidupan berbangsa dan bernegara semata-mata untuk kebaikan dimasa depan. Sedangkan tuduhan adalah menunjuk dan mengatakan bahwa seolah-olah seseorang itu telah melakukan sesuatu berdasarkan fakta-fakta permulaan tetapi masih perlu dibuktikan (mboto-mboto kangampu laina maksud menggurui).

Autokritik:

Dugaan diatas ternyata menimbulkan perdebatan panjang dan menjadi trend topik saat ini dengan berbagai pendapat dan tanggapan. Tidak hanya itu, rupanya persoalan tersebut kini menjalar kepada masalah lain yakni postingan saudara Asraf tahun lalu yang mengkritik pemerintah desa tentang genangan banjir diperkampungan karena tidak ada saluran air. Memang harus diakui postingan saudara Asraf lebih kejam daripada fakta yang sebenarnya atau mengutip komentar salah satu nitizen “wara sa nata na eli cinaku la asraf re”. Tapi pernyataan saudara asraf tidak sepenuhnya salah, artinya untuk sebagian harus diakui benar.

Saya pun berpikir, sebenarnya apa yang paling krusial dari kedua pernyataan diatas sehingga terjadi saling serang dan saling menyalahkan. Mestinya kita melihat masalah ini dengan sisi lain. Pertama, pernyataan asraf merupakan kondisi real yang benar-benar terjadi dan sampai hari ini belum ada solusi (mohon luruskan kalau saya salah terkait ini). Kedua, terlepas apakah pendapat asraf dan putraputripoja benar atau salah mestinya menjadi autokritik bagi perangkat desa bahwa selama ini kinerja mereka dalam pantauan masyarakatnya sendiri. Menurut adik ernivatun mungkin saja pemilik akun putraputripoja itu adalah warga desa kita sendiri yang memang tahu kondisi dan masalah dikampung.

Tentang permohonan sebagian nitizen agar putraputripoja klarifikasi langsung kekantor desa, saya berpendapat bahwa bukan soal dia tidak punya nyali untuk hadir dan berhadapan langsung dengan saudara-saudara sekalian. Bukankah kita tahu bahwa 30% jumlah penduduk desa kita sekarang berada diluar daerah. Mereka juga ingin mengetahui statistika perkembangan desanya dari waktu ke waktu atas hasil yang dicapai oleh masing-masing pemimpin. Kemungkinan Ini salah satu faktor yang mendasari dirinya untuk memberikan informasi secara bertahap dan berkelanjutan. Menurut saya media sosial Facebook (GRUP DOU POJA) adalah satu saluran yang tepat, strategis dan masif. Sehingga masyarakat kita yang terpecah diberbagai wilayah dapat berpartisipatif dengan cara memberikan saran atau kritik yang membangun.

Jadi, sangat rasional postingan putraputripoja kemarin bukan lempar isu untuk menjatuhkan seseorang tapi dirinya mencoba memunculkan dipermukaan. Sebab itu fenomena yang terjadi saat ini agar saudara-saudara kita yang tidak berada langsung didesa dapat mengetahui dan sebagai informasi awal tentang dinamika yang bergulir didesa kita.
Kemudian mengenai kekhawatiran persoalan desa diketahui oleh orang lain, justru saya melihat terjadi kesalahan berpikir dalam memahami postingan itu. Tidak akan ada yang mengetahui selain orang-orang internal yang tergabung dalam Grup kecuali postingan itu sengaja dibagikan/share. Oleh karena itu analisa saya, sepanjang tidak dibagikan, postingan itu akan aman-aman saja... hanya kita dan Tuhan yang tahu. Semoga !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar